MASALAH-MASALAH YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK III
ANGGOTA :
ü ADE AZHARI
ü ANNISA
ü ELSI PEBRIANTY
ü PIRMANSYAH
KELAS IIA
PRODI DIII KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT. Bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata pelajaran manajemen keperawatan yang berjudul
“masalah-masalah yang berhubungan dengan penerapan sistem informasi manajemen
keperawatan”.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga
materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Amiin.
Pekanbaru,18
september 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................................2
Daftar
isi...................................................................................................................................3
Bab I
Latar
belakang.........................................................................................................................4
Tujuan penulisan.....................................................................................................................4
Rumusan
masalah....................................................................................................................4
Bab II
Sistem informasi
manajemen..................................................................................................5
Tujuan sistem informasi manajemen pada asuhan
keperawatan...........................................6
Permasalahan SIM pada asuhan
keperawatan.......................................................................14
Alrenatif SIM pada asuhan
keperawatan................................................................................15
Bab III
Kesimpulan..............................................................................................................................16
Saran.......................................................................................................................................17
Daftar
pustaka........................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
semakin maju setiap tahun. Peradaban TIK
selalu menemukan alat teknologi yang canggih,sudah adanya komputerisasi
memebuat tenaga dan pikiran manusia sedikit terbantu. Akan tetapi dalam sistem
informasi managemen keperawatan masih saja menggunakan tenaga manusia yang
terkesan lambat dan bertele-tele. Atas dasar inilah penulis rasa perlu untuk
membahas permasalahan diatas.
2.
Tujuan
penulisan
-
Untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen keperawatan
-
Untuk mengetahui sistem informasi manajemen
keperawatan
-
Untuk menemukan apa saja permasalahan di sistem
manajemen keperawatan serta solusinya
3.
Rumusan
masalah
-
Apa itu sistem informasi manajemen keperawatan
-
Apa saja permasalahan dalam sistem manajemen
keperawatan
-
Apa solusi untuk permasalahan di atas?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem informasi manajemen
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah serangkaian sub-sistem
informasi yang meneyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang
mampu mentransformasi data sehingga menjadi sebuah informasi lewat serangkaian
cara guna meningkatkan produktivitas sesuai dengan gaya sifat manajer atas
dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah
Menyeluruh.
Kata “manajemen” dalam
SIM adalah serba melingkupi. Di dalam SIM termasuk sistem pemproses transaksi
dan sistem-sistem yang utama dirancang bagi para manajer di berbagai tingkatan.
Sebuah SIM melingkupi sitem informasi formal maupun yang informal, baik yang
manual maupun yang berkomputer.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah
Terkoordinasi
Komponen sebuah sistem
informasi manajemen biasanya tidak dikelola dari satu titik pusat organisasi;
ada berbagai departemen pengguna, depatemen pemproses data, dan mungkin fungsi
pengelola data yang terpisah, bahkan yang lain-lainya memiliki hak atas bagian
tertentu dari sebua sistem informasi manajemen.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Memiliki
Sub-sistem Informasi
Sistem informasi
manajemen dalah serangkaian sub-sistem, atau sistem komponen setengah terpisah
yang merupakan bagian dari keseluruhan dan merupakan suatu sistem yang terpadu.
Masing-masing dari sub-sistem menyumbang tercapainya sasaran sistem informasi
manajemen dan organisasi.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) terinegrasi
secara rasional
Sub-sistem (kumpulan
dari sistem yang semi terpisah) adalah terpadu sehingga segala kegiatan dari
masing-masing salin berkaitan satu dengan yag lainnya; integrasi ini dilakukan
terutama dengan melewatkan data diantara sistem-sisten tersebut. Program data
dan file dapat dirancang untuk menangani arus ata iantara sistem, dan prosedur manual
dapat digunakan untuk melaksanakan integrasi tersebut. Sementara integrasi
membuat pemprosesan informasi menjadi efisien dengan cara mengurangi
pemprosesan antara (intermediate processing) dan peristiwa pemprosesan
data yag sama oleh berbagai departemen, dan keuntungan yang menonjl adalah
memberikan informasi lebih singkat, lengkap, dan relevan.
Sistem
Informasi Manajemen (SIM) Mentransformasikan Data Dengan Berbagai Cara
Apabila data dan
diolah bagi manajer tertentu untuk tujuan tertentu, maka ia menjadi sebuah
informasi ada berbagai cara di mana data harus ditransformasikan ke dalam
sebuah sistem informasi.Berbagai cara di mana sistem informasi manajemen harus
mentransfomasikan data ke dalam sistem informasi ditentukan oleh sifat peronil
suatau organisasi, sifat tugas kemana informasi ditujukan, dan pengaharapan
dari penerima eksternal atau informasi.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Meningkatkan
Produktivitas
Sistem Informasi
Manajemen (SIM) dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas.
SIM mampu menyediakan tugas rutin seperti penyiapan dokumen dengan efisien, ia
mampu memberikan layanan terbaik bagi organisasi eksternal dan individu, dan ia
juga mampu memberikan peringatan dini tentang masalah internal dan ancaman
eksternal.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sesuai dengan
Sifat dan Gaya Manajer
Suatu Sistem Informasi
Manajemen (SIM) dikembangkan lewat pengenalan atas sifat dan gaya
manajerial dan personil yang akam menggunakannya, termasuk juga sumbangan yang
akan diberikan oleh para manajer. Para perancang apabila akan mengembangkan
sistem informasi manajemen harus mampu mempertimbangkan faktor manusiawi denan
cermat. Apabila tidak demikian, maka sistem informasi yang dihasilkan tidak
efisien atau akan disisihkan oleh penggunanya.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Menggunakan
Kriteria Mutu yang Telah Ditetapkan
Sebuah Sistem
Informasi Manajemen (SIM) harus dirancang agar sesuai dengan toleransi
terhadap kecepatan, relevansi, dan ketepatan informasi. Toleransi ini
bervariasi dari satu tugas ke tugas lainnya dan dari satu lapis ke lapis
lainnya di dalam organisasi. Sebuah sistem informasi harus mampu memberikan
suatu informasi yang relevan saja. Menetapkan mana informasi yang relevan
mungkin sulit disaat analisis sedang berlangsusng dengan sangat bervariasi
untuk setiap manajer yang berbeda, atau yang sesuai dengan keadaan, seperti dalam
dunia keperawatan Sistem Informasi manajemen akan sangat diperlukan pada Asuhan
Keperawatan, yaitu proses pendokumentasian.
B.
Latar Belakang dan Tujuan Sistem Informasi Manajemen
dalam Asuhan Keperawatan
Seiring dengan
globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat
membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan. Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang
perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.
Pendokumentasian
Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan
keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan
bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat
kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara
profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan.Masalah yang sering muncul
dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak
perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan
keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai
pendokumentasian yang lengkap.( Hariyati, RT., th 1999). Saat ini masih banyak
perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan harus
dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan kurangnya
dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang
yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara mendokumentasi yang benar.( Hariyati,
RT., 2002). Kondisi tersebut di atas membuat perawat mempunyai potensi yang
besar terhadap proses terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada
umumnya dan pelayanan keperawatan pada khususnya.
Selain itu dengan
tidak ada kontrol pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang diberikan
kepada pasien akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien.
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di
Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis. Pendokumentasian
tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan
dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak untuk
mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form
mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia. Pendokumentasian
secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang.
Pendokumentasian yang
berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan keperawatan sering
terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat
penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di
ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi
bukti legal jika terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada
pada posisi yang lemah dan rentan terhadap gugatan hukum. Di luar negri kasus
hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak lagi menjadi
masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju seluruh dokumentasi
yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan keperawatan telah
dimasukkan dalam komputer.
Dengan informasi yang
berbasis dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama,
lebih murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya
data dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam
ruang yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering
dikenal dengan Sistem informasi manjemen. Sistem informasi merupakan suatu
kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses
penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen-
komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia,
produk, pelanggan, supplier, dan rekanan. (Eko,I. 2001).
Sistem informasi
keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu keperawatan
yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi dan
pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan
(Gravea & Cococran,1989). Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995)
system informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan
menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi ,
komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan
mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan
efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan
kesehatan yang diiinginkan.
Kehandalan suatu
sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen
yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang
berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.
Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negri sekitar
tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem informasi diterapkan pada
sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan pasien. (Liaw,
T.,1993).
Pemerintah Indonesia
sudah mempunyai visi tentang sistem informasi kesehatan nasional yaitu
Informasi kesehatan andal 2010(Reliable Health Information 2010 ).
(Depkes, 2001). Pada Informasi kesehatan andal tersebut telah direncanakan
untuk membangun system informasi di pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah
sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat, namun pelaksanaannya belum
optimal. Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih
sangat minim di rumah sakit Indonesia. Padahal sistem Informasi manajemen
asuhan keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien,
dan produktifitas.
Dengan sistem
dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan
cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat
menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke
pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari
pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993). Selain itu dokumentasi keperawatan juga
dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan
dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas
yang bertumpuk di ruang penyimpanan.
Menurut Herring dan
Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa institusi kesehatan yang
menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat
sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokmuntasi keperawatan dan
meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan
dengan menggunakan komputer seyogyanya mengikuti prinsip-prinsip pendokumentasian,
serta sesuai dengan standar pendokumentasian internasional seperti: ANA,
NANDA,NIC (Nursing Interventions Classification, 2000). Sistem informasi
manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi pengambil
kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision Support System dan
Executive Information System.(Eko,I. 2001)
Informasi asuhan
keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat
digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur /BOR pasien, angka nosokomial,
penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya data yang akurat
pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi bagi tim
kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi
sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan riset kesehatan
pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997). Sistem Informasi manajemen (SIM)
berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pemanfaatan Sistem Informasi
Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini mengingat
komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam
keperawatan masih banyak kelemahannya.
Kendala SIM yang lain
adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi tersebut
hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum atas dokumen
perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur
tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai
perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam Compact
Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di
lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari
hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer,
dan kebakaran. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis
komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah.
Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur
organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan, sumber
dana, proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan bagi
perawat dan tim kesehatan lain.
Bagaimana SIM
keperawatan di Indonesia ? Sampai saat ini implementasi sistem informasi
manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat minim, bahkan
masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen
keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Namun seiring dengan perkembangan
pengetahuan dan ilmu pengetahuan maka beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota
lain sudah menerapkan system informasi keperawatan yang berbasis komputer. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia juga mempunyai kontribusi dalam
pengembangan system informasi keperawatan. Fakultas ilmu keperawatan telah
mempunyai soft-ware system informasi asuhan keperawatan dan system informasi
dalam manajemen untuk manajer perawat. Media ini sangat berguna dalam menyokong
proses pembelajaran yang menyiapkan peserta didik dalam menyongsong era
globalisasi. Dengan mengikuti pembelajaran tersebut peserta didik diharapkan
mampu bersaing , namun tentunya tak cukup hanya dalam proses proses
pembelajaran di kuliah. Peserta didik harus terus belajar agar dapat mengikuti
perkembangan ilmu dan tehnogi keperawatan.
C.
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian
Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu
asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan
merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang
perawat kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti
secara profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan. Masalah yang sering
muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah
banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan
keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai
pendokumentasian yang lengkap. ( Hariyati, RT., th 1999).
Pendokumentasian pada
pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara manual atau berbasis
komputer. Sampai saat ini sebagian kecil rumah sakit telah menggunakan
dokumentasi proses keperawatan berbasis komputer. Namun informasi keperawatan
yang tersedia belum terstandarisasi. Namun dengan kemajuan yang pesat pada
teknologi informasi maka diharapkan perawat akan memanfaatkan teknologi
tersebut pada dokumentasi keperawatan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
efektifitas asuhan keperawatan. Menurut Holmas (2003) terdapat beberapa
keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:
- Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah
dan cepat diketahui
- Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus
meningkatkan waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan
- Accessibility & legibility, mudah membaca dan mendapat informasi
klinik tentang semua pasien dan suatu lokasi (Ratna Sitorus, 2006)
Pendokumentasian
keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis komputer, walaupun
demikian pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah
sakit di Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis. Padahal
pendokumentasian tertulis ini mempunyai banyak kelemahan. Menurut Hariyati, RT
(1999) pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena
perawat harus menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan
membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering
muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian
tidak tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai
kelemahan yaitu sering hilang. Pendokumentasian yang berupa
lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip.
Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan
dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di
ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi
bukti legal jika terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada
pada posisi yang lemah dan rentan terhadap gugatan hukum.
Oleh karena itu
pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan
perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih lengkap, karena
memuat berbagai aspek pendokumentasian seperti yang telah diuraikan diatas
sistem ini memuat standar asuhan keperawatan, standart operating procedure
(SOP), discharge planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka kredit
perawat, daftar diagnosa keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan
implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK, presentasi kasus
on line, mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan perawat, dan monitoring
aktifitas perawat laporan shift dan monitoring pasien oleh kepala ruang saat
sedang rapat.
Hal sesuai dengan
pendapat Jasun (2006) yang mengatyakan bahwa Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan merupakan “papper less” untuk seluruh dokumen keperawatan perlu
diterapkan untuk pendokumentasian keperawatan pada masa yang akan datang. Hal
ini didukung oleh pernyataan Sitorus (2006) yang mengatakan bahwa
pendokumentasian pada pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara
manual atau berbasis komputer. Namun terbukti bahwa penerapan berbasis komputer
memberikan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu untuk mendukung proses
profesionlisme keperawatan di Indonesia, penerapan dokumentasi berbasis
komputer menjadi sangat penting.
D.
Standart Operating Procedure (SOP) dalam Asuhan
Keperawatan
Standar Operasional
Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi keperawatan berdasarkan
indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Tujuan SOP dalam Asuhan Keperawtan adalah menciptakan komitment mengenai apa
yang dikerjakan oleh satuan unit kerja dalam instansi yang berkaitan dengan
keperawatan untuk mewujudkan good nursing. Standart Operating
Procedure (SOP) merupakan akitivitas dari NIC (Nursing Intervention
Classification). NIC adalah sistem klasifikasi perawatan yang menggambarkan
keiatan yang dilakukan oleh perawat sebagian bagian dari proses keperawatan
yang berasosiasi dengan pembuatan rencana asuhan keperawatan.
Perumusan SOP menjadi
relevan karena sebagai tolak ukur dalam menilai efektivitas dan efisiensi
kinerja perawatan dalam melaksanakan program kerjanya. Secara konseptual
prosedur diartikan sebagai langkah - langkah sejumlah instruksi logis untuk
menuju pada suatu proses yang dikehendaki. Proses yang dikehendaki tersebut
berupa pengguna-pengguna sistem proses kerja dalam bentuk aktivitas, aliran data,
dan aliran kerja. Prosedur operasional standar adalah proses standar langkah -
langkah sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran
data, dan aliran kerja.
Dilihat dari
fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja & aliran kerja yang
teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan, menggambarkan bagaimana
tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang
berlaku, menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai
sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian
sebagaimana metode yang ditetapkan, menjamin konsistensi dan proses kerja yang
sistematik, dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.
Dengan adanya Sistem
Informasi Manajemen (SIM), akan mempermudah dalam perumusan Standart Operating
Procedure (SOP). Penyusunan data dapat dilakukan dengan sistem
terkomputerisasi. Sebagai suatu instrumen manajemen, SOP berlandaskan pada
sistem manajemen kualitas (Quality Management System), yakni sekumpulan
prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau
jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas
berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini mencakup beberapa tingkat
dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan pada
pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan
yang bersifat reaktif. Secara konseptual, SOP merupakan bentuk konkret dari
penerapan prinsip manajemen kualitas yang diaplikasikan untuk proses perawatan
(Nursing Process).
Tahap penting dalam
penyusunan Standar operasional prosedur adalah melakukan analisis sistem dan
prosedur kerja, analisis tugas, dan melakukan analisis prosedur kerja.
- Analisis Sistem dan Prosedur Kerja
Analisis sistem dan
prosedur kerja adalah kegiatan mengidentifikasikan fungsifungsi utama
dalam suatu pekerjaan, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam melaksanakan
fungsi sistem dan prosedur kerja. Sistem adalah kesatuan unsur atau unit
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga
muncul dalam bentuk keseluruhan, bekerja, berfungsi atau bergerak secara
harmonis yang ditopang oleh sejumlah prosedur yang diperlukan, sedang prosedur
merupakan urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk menangani pekerjaan
yang berulang dengan cara seragam dan terpadu.
2. Analisis Tugas
Analisis tugas
merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan yang mendalam dan teratur
terhadap suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas diperlukan dalam setiap
perencanaan dan perbaikan organisasi. Analisa tugas diharapkan dapat memberikan
keterangan mengenai pekerjaan, sifat pekerjaan, syarat pejabat, dan tanggung jawab
pejabat. Di bidang manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek yang berkaitan
langsung dengan analisis tugas yaitu :
a. Analisa tugas, merupakan penghimpunan informasi dengan sistematis dan
penetapan seluruh unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas khusus.
b. Deskripsi tugas, merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari
analisa tugas, disajikan dalam bentuk terorganisasi yang mengidentifikasikan
dan menjelaskan isi tugas atau jabatan tertentu. Deskripsi tugas harus disusun
berdasarkan fungsi atau posisi, bukan individual; merupakan dokumen umum
apabila terdapat sejumlah personel memiliki fungsi yang sama; dan
mengidentifikasikan individual dan persyaratan kualifikasi untuk mereka serta
harus dipastikan bahwa mereka memahami dan menyetujui terhadap wewenang dan
tanggung jawab yang didefinisikan itu.
c. Spesifikasi tugas berisi catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan
pekerja untuk tugas spesifik
d. Penilaian tugas, berupa prosedur penggolongan dan penentuan kualitas
tugas untuk menetapkan serangkaian nilai moneter untuk setiap tugas spesifik
dalam hubungannya dengan tugas lain
e. Pengukuran kerja dan penentuan standar tugas merupakan prosedur
penetapan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas dan menetapkan
ukuran yang dipergunakan untuk menghitung tingkat pelaksanaan pekerjaan.
Melalui analisa tugas
ini tugas-tugas dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat pelaksanaan tugas yang
baku. Setidaknya ada dua manfaat analisis tugas dalam penyusunan standar
operasional prosedur yaitu membuat penggolongan pekerjaan yang direncanakan dan
dilaksanakan serta menetapkan hubungan kerja dengan sistematis.
3. Analisis prosedur kerja
Analisis prosedur
kerja adalah kegiatan untuk mengidentifikasi urutan langkahlangkah pekerjaan
yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana hal tersebut dilakukan, bilamana
hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut dilakukan, dan siapa yang
melakukannya. Prosedur diperoleh dengan merencanakan terlebih dahulu
bermacam-macam langkah yang dianggap perlu untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan
demikian prosedur kerja dapat dirumuskan sebagai serangkaian langkah pekerjaan
yang berhubungan, biasanya dilaksanakan oleh lebih dari satu orang, yang
membentuk suatu cara tertentu dan dianggap baik untuk melakukan suatu
keseluruhan tahap yang penting. Analisis terhadap prosedur kerja akan
menghasilkan suatu diagram alur (flow chart) dari aktivitas organisasi
dan menentukan hal-hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan organisasi.
Aktivitas-aktivitas kritis ini perlu didokumetasikan dalam bentuk
prosedurprosedur dan selanjutnya memastikan bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas
itu dikendalikan oleh prosedur-prosedur kerjayang telah .terstandarisasi.
E.
Proses Evaluasi Keperawatan
Meskipun proses
keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus
sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap
evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan.
Menurut Craven dan
Hirnle (2000), evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara
lain:
1)Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
2)Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
3)Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4)Mendapatkan umpan balik.
5)Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan
Perawat menggunakan
berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan keperawatan
yang diberikan. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang
perawat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien
yang normal, dan konsep model teori keperawatan. Langkah-langkah evaluasi :
- Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
- Mengumpulkan data baru tentang klien
- Menafsirkan data baru
- Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
- Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
- Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
Dalam melakukan proses
evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
1) Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. 2)
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan. 3) Mengukur
pencapaian tujuan. 4) Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian
tujuan. 5) Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila
perlu.
Dalam mengumpulkan
data pasien yang begitu banyak dalam suatu rumah sakit, tentunya dibutuhkan
suatu sistem untuk mempermudah pengumpulan dan penyusunan data-data dari
pasien. Disinilah Sistem Informasi Manejemen akan bermanfaat pada proses
komputerisasi pengumpulan data. Sehingga proses pengumpulan data pasien akan
lebih mudah dilakukan, dan proses evaluasi dalam asuhan keperawatan dapat lebih
terkoordinasi. Sehingga peluang kesalahan dalam evaluasi dapat di perkecil.
Pada dasarnya evaluasi akan menentukan intervensi pasien selanjutnya. Sehingga
kesalahan kecil saja dapat berdampak fatal pada keselamatan jiwa pasien.
F.
Masalah Dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen
dalam Proses Asuhan Keperawatan
Faktor Yang Mendukungdan Menghambat Sistem Informasi Manajemen dalam
Proses Asuhan Keperawatan
Dalam perkembangannya,
penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terdapat beberapa faktor yang
mendukung dan menghambat SIM tersebut untuk diterapkan dalam suatu lembaga institusi.
Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun
pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Faktor pendukung
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam proses keperawatan adalah faktor yang
dapat mempermudah proses penerapan SIM dalam Asuhan Keperawatan.
Ada beberapa faktor
pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia yaitu saat ini sudah
mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi keperawatan) yang menawarkan
produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk diterapkan di rumah sakit.
Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini
dapat mendukung pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang
memiliki dana cukup untuk membeli produk tersebut. Semakin mudahnya akses
informasi tentang pelaksanaan SIM keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam
memilih SIM yang tepat.
Faktor pendukung yang
lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang keamanan terhadap
dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini merupakan bentuk
perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan kesehatan,
perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor
pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan
data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses data melalui
SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.
Selain faktor
pendukung, terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di
Indonesia. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis
komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah.
Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu
struktur organisasi keperawatan di Indonesia, sebagai contoh
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga
seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil
kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah
SIM keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Aspek kedua adalah
kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber daya manusia di institusi
pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem komputerisasi, hal ini
dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem
informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang
manfaat SIM menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan.
Aspek ketiga
yang menjadi faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan SIM adalah faktor
sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi manajemen
keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya yang
cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana
operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal
diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah
kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung. Pelaksanaan
SIM keperawatan tentunya membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer
untuk mengimplementasikan program tersebut.
G.
Alternatif Pemecahan Masalah Penerapan SIM dalam
Asuhan Keperawatan di Indonesia
Ada beberapa
alternatif pemecahan masalah penerapan SIM dalam asuhan keperawatan di
Indonesia diantaranya;
- Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit
dengan tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di
rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang memadai
untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat
tentang pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan fasilitas informasi
teknologi yang memadai.
- Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan
keperawatan.
- Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memiliki
pemahaman yang tepat tentang teknologi informasi dalam keperawatan.
- Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan.
- Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM di Indonesia.
- Perlu adanya peningkatan Sumber Daya Masyarakat dari perawat itu
sendiri agar mampu mengahadapi dan mengaplikasikan proses keperawatan yang
terkomputerisasi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sistem Informasi
Manajemen (SIM) adalah serangkaian sub-sistem informasi yang meneyeluruh
dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data
sehingga menjadi sebuah informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan
produktivitas sesuai dengan gaya sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang
telah ditetapkan.
Dalam dunia
keperawatan Sistem Informasi manajemen akan sangat diperlukan pada Asuhan
Keperawatan, yaitu proses pendokumentasian perawatan pasien. Pendokumentasian
Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan
keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan
bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat
kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara
profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan.
Sistem Informasi
manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pemanfaatan Sistem
Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini
mengingat komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan
dalam keperawatan masih banyak kelemahannya.
Kendala SIM yang lain
adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi tersebut
hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum atas dokumen
perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur
tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai
perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam Compact
Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di
lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari
hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer,
dan kebakaran.
Sistem Informasi
Manajemen dalam asuhan keperawatan dapat diaplikasikan pada beberapa proses
keperawatan, diantaranya yaitu proses pendokumentasian, proses pembuatan
Standart Operating Procedure (SOP), dan proses Evaluasi keperawatan.
Dalam perkembangannya,
penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terdapat beberapa faktor yang
mendukung dan menghambat SIM tersebut untuk diterapkan dalam suatu lembaga
institusi. Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak
kegunaannya, namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala.
Faktor pendukung Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam proses keperawatan adalah
faktor yang dapat mempermudah proses penerapan SIM dalam Asuhan Keperawatan.
Sedangkan faktor pengahambat SIM adalah faktor yang dapat mempersulit penerapan
Sistem Informasi Manejemen dalam asuhan keperawatan.
2. Saran
Dari
paparan diatas, saya sebagai penulis memberikan beberapa saran guna peningkatan
kualitas Sistem Informasi Manajemen dalam Asuhan Keperawatan.
Dalam penerapan SIM
itu sendiri seharusnya perlu adanya peningkatan dari perawat yang akan menjadi
tokoh utama dalam menerapkan Sitem Informasi Manajemen Asuhan Keperawatan.
Dengan integrasi Sistem Informasi Manajemen dan kurikulum yang diajarkan dalam
pendidikan keperawatan. Hal tersebut nantinya akan membuat para perawat mampu
mengahadapi perkembangan tekniologi yang segala sesuatunya sudah menggunakan
sistem yang terkmputerisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Rideout, elizabeth. 2005. Pendidikan Keperawatan Berdasarkan
Problem-Based Learning. Jakarta : EGC
Kozier, E. 1990. Fundamentals of Nursing. Addison Wesley Co.,
Redwood City
M.Scott, George. 2004. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Carpenito. 1985. Nursing diagnosis application to clinical practice.
J.B. Lippincott Co.,. Philadephia